Siapa sih yang nggak suka ketawa? Bercanda itu memang bikin suasana jadi cair, bikin kita lebih akrab sama teman, dan bisa jadi pelepas stres. Tapi, pernah nggak sih kamu dengar seseorang melontarkan perkataan yang bikin sakit hati, lalu dengan santainya dia bilang, "Yah, namanya juga cuma bercanda"? Nah, kalau itu yang terjadi, hati-hati! Karena 'cuma bercanda' yang menyakitkan itu bukan lagi candaan, tapi bisa jadi bentuk kekerasan verbal yang dampaknya bisa sangat serius.
Seringkali, orang yang melontarkan "candaan" semacam ini merasa punya hak untuk berkata apa saja karena itu dianggap humor. Mereka mungkin nggak sadar (atau pura-pura nggak sadar) kalau kata-kata itu bisa mengikis kepercayaan diri orang lain, meninggalkan luka yang dalam, bahkan sampai membuat seseorang jadi takut untuk mengekspresikan diri. Ini bukan soal baperan atau tidak, tapi soal etika komunikasi dan rasa hormat terhadap perasaan orang lain.
Coba deh bayangin skenarionya. Kamu punya teman yang selalu jadi bahan olok-olokan di grup. Setiap kali dia bicara, selalu ada saja yang menimpali dengan ledekan tentang fisik, penampilan, atau bahkan kemampuannya. Saat teman itu mulai kelihatan murung atau nggak nyaman, para pelakunya bilang, "Yah, kok baper sih? Kan cuma bercanda." Padahal, di balik senyum paksa atau tawa hambar, temanmu itu mungkin sudah merasa sangat terluka, malu, dan tidak dihargai. Ini adalah bentuk bullying verbal yang dibungkus dengan alasan "candaan".