Kurangnya pemahaman mendalam tentang karakter pasangan bisa memicu kejutan dan kekecewaan setelah menikah. Perbedaan prinsip yang tadinya tak terlihat kini menjadi sumber konflik. Hubungan yang belum punya dasar kuat dari saling pengertian dan penerimaan, akan kesulitan menghadapi badai pernikahan yang pasti akan datang, apalagi jika badai itu datang lebih cepat dan lebih besar dari yang diperkirakan.
Perbedaan Prioritas dan Resentimen
Ketika pernikahan terjadi karena "MBA", ada kemungkinan prioritas hidup pasangan belum sejalan. Salah satu pihak mungkin masih ingin mengejar pendidikan, karier, atau kebebasan masa muda, sementara yang lain sudah harus fokus pada tanggung jawab keluarga dan anak. Perbedaan ekspektasi ini bisa menimbulkan resentimen atau rasa tidak adil.
Misalnya, sang ayah mungkin merasa kehilangan masa muda atau terpaksa mengambil pekerjaan yang tidak disukai demi menafkahi keluarga. Ibu mungkin merasa terbebani sendiri dalam mengurus anak dan rumah tangga, sementara sang ayah belum sepenuhnya siap menjadi kepala keluarga. Resentimen yang menumpuk seiring waktu bisa merusak cinta, menciptakan jarak emosional, dan membuat perceraian menjadi pilihan yang terasa lebih mudah.