Matcha, si bubuk teh hijau asal Jepang yang sempat jadi tren di mana-mana—dari latte, es krim, hingga skincare—ternyata sedang menghadapi krisis yang mengancam pasokannya di seluruh dunia. Tak hanya sekadar bahan minuman kekinian, matcha kini menjadi komoditas bernilai tinggi yang diperebutkan banyak negara. Bahkan, harganya diprediksi akan melonjak tajam dalam waktu dekat.
Kondisi ini tak lepas dari fakta bahwa permintaan terhadap matcha global terus meroket, sementara pasokannya justru mulai menipis. Sejumlah produsen teh di Jepang pun mulai kewalahan memenuhi permintaan dari pasar luar negeri.
Uji, Kyoto: Rumah bagi Matcha Terbaik Dunia
Bila bicara tentang matcha berkualitas tinggi, nama Uji pasti tak pernah absen disebut. Kota kecil yang berada di Prefektur Kyoto ini dikenal sebagai tempat kelahiran teh matcha yang autentik. Matcha yang diproduksi di sini dibuat dari daun tanaman Camellia sinensis, yang digiling halus dan memiliki cita rasa lembut, sedikit pahit, dan sangat khas.
Tak heran jika penggemar sejati matcha langsung bisa mengenali kualitas produk hanya dengan mengetahui asal-usulnya. Jika disebutkan bahwa matcha berasal dari Uji, maka kualitasnya tak perlu diragukan lagi.
Kembali Bangkit Pasca Pandemi
Setelah terpukul cukup keras oleh pandemi Covid-19, sektor bisnis dan pariwisata di Uji perlahan bangkit. Bertambahnya jumlah turis asing yang datang ke Jepang memunculkan tren baru, di mana banyak restoran maupun kafe mengusung tema khas matcha sebagai daya tarik utama mereka.
Salah satu turis asal New York, Stephen Blackburn, bahkan mengaku telah meninggalkan kebiasaannya minum kopi dan beralih ke matcha karena efeknya yang lebih menenangkan dan membuat fokus.