Di Indonesia, pepatah "Anak adalah investasi" sangat kental dalam budaya masyarakat kita. Ini mencerminkan nilai-nilai luhur tentang pentingnya keluarga dan peran anak sebagai penerus generasi. Namun, di balik makna tersebut, muncul tantangan baru yang dihadapi oleh banyak individu dewasa ini, yaitu menjadi bagian dari apa yang dikenal sebagai generasi sandwich. Generasi ini terjebak di antara tanggung jawab bagi orang tua dan anak-anak mereka, menciptakan tekanan yang signifikan baik dari segi emosional maupun finansial.
Generasi sandwich dalam budaya Indonesia sering kali menghadapi dilema yang kompleks. Mereka adalah individu yang tidak hanya harus memenuhi kebutuhan anak-anak mereka yang masih bergantung, tetapi juga merawat orang tua yang semakin menua. Dalam konteks budaya gotong royong yang sangat dijunjung tinggi di Indonesia, hal ini diharapkan menjadi sebuah panggilan untuk saling membantu dan mendukung. Namun, ada pertanyaan besar yang muncul: seberapa besar tanggung jawab individu tersebut dalam mengelola keuangannya sendiri?
Urusan finansial sering kali menjadi beban tambahan bagi generasi sandwich. Dengan biaya untuk pendidikan anak, perawatan orang tua, dan kebutuhan hidup sehari-hari, mereka harus pandai-pandai dalam mengelola keuangan. Di sinilah pentingnya pemahaman tentang dana pensiun. Sayangnya, banyak masyarakat Indonesia yang masih kurang teredukasi mengenai pentingnya mempersiapkan dana pensiun! Dengan kehidupan yang semakin mahal, memiliki dana pensiun yang cukup di masa tua menjadi hal yang esensial.