Dalam masyarakat Indonesia, model keluarga besar yang sering ditemukan menyebabkan generasi sandwich merasakan beban tanggung jawab keluarga yang lebih besar daripada kebanyakan negara lainnya. Sering kali, individu-individu ini merasa terpaksa untuk memprioritaskan biaya pendidikan anak-anak atau pengobatan orang tua mereka, bahkan jika itu berarti mereka harus berkorban dalam perencanaan keuangan pribadi, seperti tabungan pensiun. Ironisnya, kebutuhan untuk mempersiapkan dana pensiun sering kali terabaikan dalam proses merawat orang tua dan anak.
Dampak dari generasi sandwich ini tidak hanya mempengaruhi taraf hidup mereka tetapi juga kesehatan mental dan emosional. Mereka sering kali merasa tertekan karena harus memenuhi tuntutan dari berbagai sisi, sementara perjalanan mereka sendiri dalam mencapai stabilitas finansial terabaikan. Dalam masyarakat yang menganut nilai-nilai keluarga seperti Indonesia, perasaan kewajiban terhadap keluarga bisa mengalahkan perasaan tanggung jawab terhadap diri sendiri. Namun, penting untuk diingat bahwa kesehatan fisik dan mental yang baik juga merupakan bagian dari tanggung jawab mereka terhadap keluarga.
Mulai dari pendidikan finansial hingga kebijakan pemerintah yang mendukung kesejahteraan keluarga, perlu ada upaya kolektif untuk membantu individu dalam generasi sandwich. Pendidikan tentang dana pensiun dan cara pengelolaan keuangan yang efektif harus diajarkan sejak usia muda. Ini akan membantu anak-anak kita tidak hanya menjadi investasi yang berharga namun juga generasi yang mampu mandiri dan siap mengelola masa depan mereka sendiri.