Tampang

Dampak Negatif Konsumsi Ultra-Processed Food bagi Kesehatan

11 Jul 2024 11:58 wib. 123
0 0
ultra-processed food
Sumber foto: Pinterest

Dunia modern saat ini telah memberikan kita banyak kemudahan dalam hal makanan. Namun, kenyataannya, makanan siap saji atau yang biasa disebut ultra-processed food, telah menghiasi sebagian besar pilihan makanan kita. Makanan tersebut memang praktis, tetapi sering memiliki dampak negatif bagi kesehatan kita. Artikel ini akan membahas mengenai dampak negatif konsumsi ultra-processed food bagi kesehatan.

Ultra-processed food merupakan makanan yang telah mengalami proses pengolahan yang sangat tinggi, ditandai oleh penambahan bahan-bahan seperti gula, lemak, garam, pengawet, pewarna, dan bahan tambahan lainnya. Contoh makanan ultra-processed food antara lain adalah makanan cepat saji, makanan kaleng, makanan ringan, minuman bersoda, makanan instan, dan makanan yang banyak mengandung bahan tambahan.

Dampak negatif pertama dari konsumsi ultra-processed food adalah terkait dengan kesehatan jantung. Makanan ini sering mengandung lemak jenuh, gula tambahan, dan garam yang tinggi. Konsumsi tinggi dari bahan-bahan tersebut dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, tekanan darah tinggi, serta kolesterol tinggi. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh American Heart Association menyatakan bahwa konsumsi makanan ultra-processed food secara berlebihan dapat meningkatkan risiko terkena penyakit jantung hingga 12%.

Selain itu, konsumsi makanan ultra-processed food juga berhubungan dengan risiko obesitas. Makanan ini cenderung mengandung kalori tinggi dan rendah serat, sehingga dapat menyebabkan konsumsi kalori yang berlebihan. Selain itu, kandungan gula tambahan dan lemak jenuh pada makanan ini dapat merusak mekanisme tubuh dalam mengatur nafsu makan, sehingga seseorang cenderung mengonsumsi makanan dalam jumlah yang lebih banyak.

<123>

#HOT

0 Komentar

Belum ada komentar di artikel ini, jadilah yang pertama untuk memberikan komentar.

BERITA TERKAIT

BACA BERITA LAINNYA

POLLING

Partai Lebih Mengutamakan Aspirasi Rakyat atau Kekuasaan?