Mencari Keseimbangan di Tengah Dinamika Digital
Melihat kedua sisi mata uang ini, jelas bahwa cancel culture adalah fenomena yang kompleks dan tidak bisa dibilang sepenuhnya baik atau buruk. Ia punya potensi untuk menjadi alat yang kuat untuk keadilan, tetapi juga berisiko menjadi hukuman yang brutal dan tidak adil. Tantangan bagi kita sebagai pengguna media sosial adalah menemukan keseimbangan.
Daripada langsung "membatalkan" seseorang, mungkin kita bisa mempraktikkan akuntabilitas konstruktif. Ini berarti memanggil seseorang untuk bertanggung jawab atas tindakan mereka, namun dengan tujuan untuk edukasi dan perbaikan, bukan penghancuran total. Daripada menyebarkan kebencian, kita bisa meminta penjelasan, mendorong dialog, dan memberikan ruang bagi orang untuk meminta maaf dan menunjukkan perubahan.
Masyarakat digital juga perlu mengembangkan literasi media yang lebih baik. Penting untuk tidak mudah terprovokasi oleh berita atau video yang viral. Sebelum ikut dalam gelombang "pembatalan", luangkan waktu untuk memverifikasi informasi, mencari konteks yang hilang, dan berpikir kritis.