Tampang

Kebijakan Eksternalisasi Eropa: Penderitaan Utara Afrika Menurut para Analis

28 Mar 2024 04:28 wib. 73
0 0
Suasana di kamp pengungsi Moria di pulau Lesbos
Sumber foto: Yunani timur laut, 16 Maret 2017. (Foto: dok).

Dalam dua tahun terakhir, kebijakan eksternalisasi Eropa telah menghadirkan tantangan serius bagi para pengungsi dan migran yang mencari perlindungan di benua Eropa melalui Afrika Utara. Meskipun sistem-sistem yang dibentuk untuk menghentikan perjalanan mereka, banyak orang yang putus asa masih mencoba mencari perlindungan di Eropa melalui wilayah Afrika Utara.

Salah satu contoh nyata adalah kisah Edna Mossay, seorang ibu empat anak yang melarikan diri dari Sierra Leone karena alasan korupsi dan ketidakamanan yang merajalela. Ditempatnya sekarang, di luar kantor Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) di Tunis, ia tinggal di sebuah pondok kecil berbahan terpal dan kayu. Mossay adalah salah satu dari banyak pengungsi yang merencanakan perjalanan ke Eropa melalui perahu-perahu kecil yang berangkat dari Afrika Utara.

Meskipun mengetahui bahwa Eropa telah memberikan dana kepada negara tempat ia berlindung untuk mencegahnya dan orang-orang sejenisnya, Mossay tetap bertekad untuk mencoba. Tidak hanya dia, tetapi kisah serupa juga terdengar dari kamp-kamp lain tempat para pengungsi dan migran Mauritania berkumpul, memperdagangkan makanan dan sisa-sisa makanan, serta mencoba bertahan dengan menjalankan usaha jahit.

Mereka semua melarikan diri dari berbagai teror yang tak terlukiskan, berusaha mencari perlindungan atau mencari penghasilan untuk keluarga di tanah kelahiran. Namun, di sisi lain, Eropa telah menerapkan kebijakan yang lebih ketat untuk mencegah kedatangan para pengungsi dan migran. 

<12>

#HOT

0 Komentar

Belum ada komentar di artikel ini, jadilah yang pertama untuk memberikan komentar.

BERITA TERKAIT

BACA BERITA LAINNYA

POLLING

Apakah Aturan Pemilu Perlu Direvisi?