Dilansir dari Science Alert, penelitian Jauk dan koleganya masih memiliki berbagai keterbatasan, termasuk jumlah sampel yang kecil, dan hubungan narsisisme dengan aktivitas otak yang tidak ditemukan pada responden wanita.
Untuk itu, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memvalidasi temuan yang dipublikasi dalam jurnal Scientific Report tersebut.
"Kami berpikir bahwa penelitian kami dapat membantu meningkatkan kesadaran bahwa narsisis tidak sekadar orang yang 'jahat' saja, tetapi narsisisme itu adalah cara untuk mengekspresikan konflik dengan keyakinan dan perasaan yang terkait dengan diri sendiri," kata Jauk.