Di balik rutinitas sehari-hari sebuah rumah tangga, ada beban tak terlihat yang seringkali ditanggung oleh satu pihak, khususnya para ibu rumah tangga. Beban ini bukanlah pekerjaan fisik yang bisa dilihat mata, melainkan mental load. Istilah ini merujuk pada seluruh daftar tugas, perencanaan, dan pengorganisasian tak berujung yang diperlukan untuk mengelola rumah tangga dan keluarga. Ini adalah kerja keras kognitif untuk "mengingat semuanya" dan memastikan "semuanya berjalan", sebuah beban mental yang seringkali tidak disadari oleh pihak lain, bahkan oleh diri sendiri sampai akhirnya merasa kelelahan luar biasa.
Memahami Dimensi Mental Load
Mental load melampaui pekerjaan rumah tangga yang terlihat seperti mencuci piring atau menyetrika. Ini mencakup perencanaan yang lebih luas, seperti:
- Mengingat jadwal imunisasi anak dan mengatur janji temu dokter.
- Memikirkan menu makanan untuk seminggu ke depan, lalu membuat daftar belanja, dan memastikan bahan-bahannya ada.
- Mengingat ulang tahun kerabat dan menyiapkan kado.
- Menjadi "kalender hidup" keluarga, tahu kapan tagihan harus dibayar, kapan anak ada ulangan, atau kapan perlu memperbarui perlengkapan sekolah.
- Mengatur liburan keluarga, dari mencari destinasi sampai packing barang semua anggota.
- Memastikan rumah punya persediaan sabun cuci piring, sampo, dan kebutuhan harian lainnya sebelum habis total.
Semua tugas ini membutuhkan pemikiran, antisipasi, dan seringkali koordinasi dengan pihak lain. Ini bukan tindakan yang selesai sekali, melainkan daftar panjang yang terus-menerus diperbarui dan diproses di kepala. Meskipun tugas-tugas ini tidak selalu dilakukan secara fisik, energi mental yang terkuras untuk mengaturnya sangatlah besar.