Pastikan aktivitas ini sesuai dengan minat anak sehingga anak merasa terlibat dan tidak merasa kehilangan ketika harus melepaskan gadget. Contohnya, jika anak memiliki minat dalam bermain peran, sediakanlah mainan seperti boneka atau kostum yang dapat memicu imajinasi anak.
Menurut studi yang dilakukan oleh para ahli pendidikan anak, pengajuan alternatif kegiatan yang menarik dapat membantu memfasilitasi anak untuk melepas ketergantungannya pada gadget. Selain itu, melalui penerapan pendekatan komunikatif yang tepat dengan mengajak anak untuk terlibat dalam aktivitas yang disukainya, dapat membantu cara positif untuk menghadapi tantrum akibat larangan penggunaan gadget.
3. Tetap Tenang saat Menghadapi Tantrum
Seringkali, orang tua merasa kesal atau marah ketika anak mulai tantrum karena tidak diperbolehkan menggunakan gadget. Oleh karena itu, cobalah untuk tetap tenang. Jangan terpancing emosi atau langsung mengalah dengan memberikan gadget kepada anak. Biarkan anak mengekspresikan emosinya dan tunjukkan ketenangan serta pemahaman pada anak.
Misalnya, orang tua dapat mengatakan, "Mama tahu Kakak kesal karena tidak bisa main gadget sekarang, tapi kita sudah bersepakat untuk hanya dapat menggunakan gadget setelah makan siang." Dengan pendekatan ini, anak dapat merasa didengar namun tetap memahami bahwa aturan harus dihormati.
Deteksi dini dan penerapan pola komunikasi yang baik mampu memberikan dampak positif dalam mengelola tantrum anak ketika tidak diberi gadget. Selain itu, melalui pendekatan yang konsisten dan kesabaran yang dimiliki orang tua, dapat membantu anak untuk belajar mengelola emosinya dengan lebih baik.
4. Gunakan Reward untuk Penguatan Positif
Salah satu strategi efektif ketika anak berhasil mentaati aturan tanpa tantrum adalah dengan memberikan reward. Misalnya, jika anak mampu mengendalikan emosinya saat penggunaan gadget selesai, berikan pujian atau hadiah kecil, seperti stiker atau mainan kesukaannya.
Penguatan positif ini membantu anak belajar bahwa perilaku baik akan dihargai, sehingga anak lebih termotivasi untuk mengontrol emosinya di masa depan. Dengan memberikan penguatan positif secara konsisten, anak dapat belajar untuk mengelola emosinya dengan lebih baik.