Selain testimoni, pelaku bisnis licik juga bisa memanipulasi angka-angka di media sosial. Mereka membeli followers, likes, atau views agar akun mereka terlihat populer dan terpercaya. Tujuannya adalah untuk menciptakan ilusi bahwa produk atau layanan mereka diminati banyak orang. Padahal, angka-angka itu tidak mencerminkan audiens yang sesungguhnya. Konsumen yang melihat akun dengan ratusan ribu pengikut cenderung lebih mudah percaya, padahal kredibilitasnya nol.
Penipuan Berkedok Giveaway dan Challenge
Giveaway adalah strategi pemasaran yang efektif, tetapi beberapa bisnis menggunakannya sebagai jebakan. Mereka mengumumkan giveaway besar dengan syarat yang banyak, seperti harus follow akun, like semua postingan, share ke banyak teman, dan lain-lain. Setelah semua syarat terpenuhi, pengumuman pemenang tidak pernah ada atau pemenangnya adalah akun palsu yang mereka kelola.
Tujuan utama dari giveaway palsu ini bukan untuk memberi hadiah, melainkan untuk meningkatkan metrik akun mereka dengan cepat, seperti jumlah followers dan engagement. Setelah tujuan tercapai, mereka akan kembali ke mode bisnis normal, meninggalkan ribuan orang yang berharap. Praktik ini sangat merugikan dan membangun ketidakpercayaan di komunitas online.
Menjual Produk dengan Klaim Berlebihan dan Tanpa Dasar
Di media sosial, janji-janji manis seringkali lebih mudah dijual daripada bukti. Banyak bisnis yang menjual produk dengan klaim yang berlebihan, terutama di bidang kecantikan, kesehatan, atau suplemen. Mereka mungkin mengklaim produk bisa menyembuhkan penyakit tertentu, membuat kulit putih dalam seminggu, atau menurunkan berat badan tanpa olahraga, padahal klaim-klaim tersebut tidak didukung oleh bukti ilmiah yang valid.