Para pelamar kerja, khususnya Gen Z, perlu memahami dinamika industri terkini agar peluang mendapatkan pekerjaan meningkat. Di tengah persaingan yang ketat dan cepatnya perubahan dalam dunia kerja, banyak generasi muda yang merasa kesulitan untuk menemukan pekerjaan yang sesuai dengan keterampilan dan harapan mereka. Fenomena ini tidak lepas dari sejumlah faktor, di antaranya ketidaksesuaian keterampilan yang dimiliki dengan kebutuhan industri serta terbatasnya akses informasi tentang lowongan pekerjaan.
Sekjen Kementerian Ketenagakerjaan, Cris Kuntadi, mengemukakan bahwa ada dua hambatan utama yang dihadapi para pencari kerja saat ini. Pertama adalah ketidaksesuaian keterampilan dengan kebutuhan industri. Banyak lulusan baru yang memiliki kemampuan teknis yang baik, namun tidak memenuhi kriteria yang dicari oleh perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa ada gap yang signifikan antara pendidikan yang diterima oleh Gen Z dan apa yang dibutuhkan di lapangan.
Menteri Ketenagakerjaan Yassierli menambahkan bahwa ketidakpastian ekonomi global turut memengaruhi ketersediaan lapangan kerja. Kondisi ekonomi yang tidak stabil dapat mengakibatkan perusahaan-perusahaan menjadi lebih selektif dalam merekrut tenaga kerja. Akibatnya, peluang bagi para pencari kerja, khususnya Gen Z, menjadi semakin terbatas. Dalam situasi seperti ini, para pencari kerja harus mampu menyesuaikan diri dengan dinamika yang ada, agar tidak terjebak dalam lingkaran kesulitan mendapatkan pekerjaan.