Menurut sejumlah analis pasar keuangan, Ariston Tjendra, terdapat peluang bagi nilai tukar rupiah untuk menguat terhadap dolar AS setelah data indikator inflasi AS, PCE Price Index, menunjukkan adanya stabilitas inflasi sesuai dengan ekspektasi pasar. Hal ini memicu proyeksi dari Tjendra bahwa rupiah berpeluang untuk menguat kembali terhadap dolar AS.
"Pada saat ini, terdapat potensi penguatan rupiah menuju 16.250 per dolar AS dengan resisten potensial di kisaran 16.320 per dolar AS," ungkap Tjendra kepada Katadata.co.id.
Berdasarkan data Bloomberg pada pukul 08.54 WIB, rupiah diperdagangkan pada level 16.301 per dolar AS. Adapun level tersebut menunjukkan penguatan sebesar 51,00 poin atau sekitar 0,31%. Data PCE Price Index yang dirilis menunjukkan kenaikan tahunan sebesar 2,5%, angka ini lebih rendah dibandingkan dengan angka sebelumnya sebesar 2,6%. Tjendra menilai hasil ini membuka peluang bagi pemangkasan suku bunga acuan AS dalam tahun ini.
"Pasar berharap bahwa pemangkasan suku bunga The Fed mungkin terjadi pada bulan September," tambah Tjendra. Dikarenakan ekspektasi pemangkasan suku bunga, dolar AS melemah terhadap mata uang negara lain. Namun, di sisi lain Tjendra menyatakan bahwa pasar masih menunggu kabar terbaru dari Bank Sentral AS terkait dengan kebijakan moneter terbaru yang akan diumumkan pada pekan ini.
"Fed biasanya tidak akan secara tegas mengungkap arah kebijakannya, namun memberikan sinyal-sinyal apakah akan menuju pemangkasan atau sebaliknya. Ketidakpastian dari The Fed ini dapat mempengaruhi pergerakan dolar AS yang saat ini masih dalam kondisi konsolidatif, yang secara efektif mencegah dolar AS melemah terlalu dalam," jelas Tjendra.