Ariston juga menyoroti konflik di Timur Tengah yang sedang memanas, yang berpotensi menciptakan perang baru yang berkepanjangan. Hal ini bisa berimbas pada perlambatan pertumbuhan ekonomi global, dan menurutnya hal ini menjadi salah satu faktor yang dapat menahan pelemahan dolar AS.
Di sisi lain, pengamat komoditas dan mata uang, Lukman Leong, memperkirakan bahwa rupiah akan berkonsolidasi terhadap dolar AS dengan kecenderungan menguat yang terbatas.
"Rupiah diproyeksikan akan bergerak dalam kisaran 16.250 hingga 16.350 per dolar AS pada hari ini," ujar Leong. Menurutnya, investor saat ini cenderung bersikap wait and see, menunggu data-data penting AS dan pertemuan FOMC pada pekan ini. Leong juga menambahkan bahwa dolar AS sedikit melemah setelah data inflasi PCE menunjukkan adanya tekanan inflasi di AS yang mulai mereda.
Sementara itu, Senior Economist KB Valbury Sekuritas, Fikri Permana, memproyeksikan bahwa nilai tukar rupiah hari ini masih akan cenderung melemah. Menurutnya, rupiah kemungkinan akan terdepresiasi menuju kisaran 16.260 hingga 16.390 per dolar AS.
Fikri juga menuturkan bahwa beberapa faktor lain yang akan mempengaruhi pergerakan rupiah hari ini termasuk hasil pertemuan G20 yang berkomitmen untuk mengurangi risiko geopolitik global, dan juga antisipasi menjelang pertemuan BoJ dan FOMC.
Artikel ini juga menyoroti perlambatan pertumbuhan ekonomi global akibat konflik di Timur Tengah yang sedang memanas. Perkembangan ini menjadi salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam memproyeksikan pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.