Rupiah kalah di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) yang mencapai level Rp16.200/US$. Hal ini disebabkan oleh berbagai risiko eksternal yang mempengaruhi nilai tukar mata uang Indonesia.
Pada hari ini, Selasa (23/4/2024), terdapat banyak sentimen dari dalam negeri yang dapat memengaruhi pergerakan rupiah. Pertanyaannya adalah, apakah hal ini akan menjadi penguat bagi mata uang Garuda?
Rupiah diprediksi akan menerima sejumlah sentimen dari dalam negeri, seperti sidang putusan sengketa Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 oleh Mahkamah Konstitusi (MK) dan rilis neraca dagang RI periode Maret 2024.
Sidang pembacaan putusan sengketa pemilihan presiden (Pilpres) 2024 telah berlangsung pada hari Senin (22/4/2024). Mahkamah Konstitusi (MK) membacakan dua putusan terkait permohonan dari Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Mahfud. Sidang tersebut dilakukan di ruangan yang sama.
Selain itu, Badan Pusat Statistik (BPS) juga akan merilis data perdagangan internasional Indonesia periode Maret 2024 pada Selasa (23/4/2024). Berdasarkan konsensus pasar yang dihimpun dari 10 lembaga, diperkirakan surplus neraca perdagangan pada Maret 2024 akan mencapai US$ 1,54 miliar. Jika surplus tersebut tercapai, maka Indonesia akan memasuki periode ke-47 bukan beruntun dengan pencapaian surplus.
Dari segi teknikal dalam basis waktu per jam, rupiah masih terus mengalami pelemahan dan sedang menguji posisi support di garis rata-rata selama 20 jam atau Moving Average/MA 20. Jika posisi tersebut tidak bisa ditembus, maka potensi pelemahan masih akan berlanjut ke resistance di Rp16.285/US$, dari high candle intraday pada 19 April 2024, menuju level psikologis selanjutnya di Rp16.300/US$.
Namun, jika MA20 mampu ditembus ke arah bawah, maka potensi penguatan dapat menguji support terdekat di Rp16.230/US$. Hal ini diperoleh dari garis rata-rata selama 50 jam atau Moving Average/MA 50.