Pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,05% pada kuartal II-2024. Meskipun angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan Singapura dan Tiongkok, namun pertumbuhan ekonomi tersebut masih dipersepsikan belum cukup aman untuk masa depan.
Menurut Senior Economist dari UOB, Enrico Tanuwidjaja, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa didorong dengan optimalisasi sejumlah Pekerjaan Rumah (PR) yang perlu diselesaikan. Diantaranya adalah swasembada pangan dan energi, serta reformasi dalam struktur ekonomi yang memungkinkan untuk dilakukan tanpa ketergantungan pada impor.
Menurutnya, pengelolaan sumber daya alam dan kemudian diolah menjadi produk jadi dapat memberikan nilai tambah yang signifikan bagi perekonomian. Hal ini tentunya memiliki dampak yang besar terhadap kestabilan ekonomi Indonesia.
Tanuwidjaja menegaskan bahwa struktur ekonomi, termasuk dalam hal ekspor, harus didorong untuk melakukan pengolahan barang sebanyak mungkin sebelum diekspor. Ia menjelaskan bahwa hal tersebut dapat mendatangkan keuntungan ekonomi dan meningkatkan keuletan ekonomi nasional."Melalui pengelolaan struktur ekonomi, kita dapat menghasilkan barang-barang yang memiliki nilai tambah tinggi. Hal ini akan mendorong perekonomian kita. Kestabilan ekonomi adalah hal yang positif," ujarnya.
Dalam konteks ini, perbaikan struktur ekonomi menjadi hal yang sangat penting. Contohnya adalah dengan mengolah sendiri bahan baku plastik dan bidang perabotan. Tanuwidjaja mencontohkan bahwa hasil produksi perabotan kayu, misalnya, dapat mendatangkan pendapatan yang besar apabila bahan baku lokal digunakan untuk membuatnya."Pengolahan bahan baku lokal menjadi produk akhir memiliki potensi besar dalam meningkatkan perekonomian kita. Hal ini harus terus digenjot untuk keberlangsungan perekonomian yang kokoh," tuturnya.