Ketika perekonomian AS terus berkembang dari April hingga Juni 2024, inflasi kembali mengalami tren penurunan dan tampaknya berada pada jalur yang tepat untuk semakin melambat menuju target yang ditetapkan oleh The Fed sebesar 2%. Hal ini semakin membuat harga emas dunia terpuruk. Namun di akhir perdagangan pekan lalu, harga emas mengalami rebound karena inflasi PCE AS kembali melandai dan sesuai dengan ekspektasi pasar.
Biro Analisis Ekonomi AS melaporkan bahwa indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi/PCE pada Juni lalu mencapai 2,5% secara tahunan (yoy), lebih rendah dari posisi Mei lalu yang mencapai 2,6%. Sementara itu, inflasi PCE inti, yang mengecualikan harga makanan dan energi, naik 0,2% pada Juni 2024, dari bulan sebelumnya yang mencapai 0,1%.
Dengan data inflasi PCE yang sesuai dengan ekspektasi pasar, harapan pasar akan pemangkasan suku bunga bank sentral AS (The Fed) pada pertemuan September mendatang semakin terbuka lebar. Jika hal tersebut benar terjadi, harga emas berpotensi mengalami apresiasi dalam waktu dekat.
Penurunan harga emas di pasar spot sepekan terakhir telah membuat pemegang emas histeris. Investor emas cenderung sensitif terhadap pergerakan ekonomi global, terutama di AS yang merupakan salah satu kontributor terbesar terhadap harga emas dunia. Jika ekonomi AS tumbuh lebih kuat dari yang diperkirakan, ini bisa menekan harga emas karena meningkatkan ekspektasi kenaikan suku bunga, yang membuat emas menjadi kurang menarik dibanding instrumen investasi lainnya.
Namun, saat ini pasar masih menantikan keputusan bank sentral AS dalam memangkas suku bunga, yang berpotensi mempengaruhi harga emas. Kondisi ekonomi global yang tidak pasti, termasuk perang dagang antara AS dan China, juga memengaruhi pergerakan harga emas.