"Kalau kita beli sapinya saat masih kecil, lalu digemukkan di sini selama 6 bulan hingga satu tahun, maka ada banyak pihak yang terlibat. Ada petani rumput, pakan jagung, dan lainnya. Ini nilai tambah yang tidak kita dapat kalau impor daging beku," jelas Zulhas.
Sebaliknya, pemerintah berencana mengurangi impor daging sapi beku agar tidak merugikan para peternak lokal yang mengandalkan proses penggemukan sebagai mata pencaharian. Zulhas menegaskan bahwa jika kedua jenis impor — sapi hidup dan daging beku — dibebaskan secara bersamaan, maka industri penggemukan lokal bisa terganggu.
“Kalau dua-duanya dibuka bebas, artinya yang usaha penggemukan bisa mati. Maka dari itu, sapi hidup kita tambah, sementara impor daging beku kita kendalikan,” tambahnya.