Pemutusan hubungan kerja ini menciptakan lingkaran setan. Karyawan yang kehilangan pekerjaan akan kehilangan sumber penghasilan, yang pada gilirannya semakin menurunkan daya beli mereka. Angka pengangguran meningkat, dan semakin banyak orang yang kesulitan membeli barang dan jasa. Situasi ini memperburuk krisis daya beli, memperdalam resesi, dan memicu ketidakstabilan sosial. Pemerintah pun menghadapi tantangan besar untuk menyediakan jaring pengaman sosial dan program bantuan bagi para penganggur.
Dampak pada Sektor Industri dan Manufaktur
Dampak penurunan daya beli juga merembet ke hulu, yaitu sektor industri dan manufaktur. Pabrik-pabrik yang memproduksi barang akan menerima pesanan yang lebih sedikit dari distributor dan pengecer. Alhasil, mereka terpaksa mengurangi jam kerja, menghentikan jalur produksi, atau bahkan menutup pabrik.
Industri bahan baku dan logistik juga tidak luput dari imbasnya. Permintaan akan bahan mentah menurun, dan volume pengiriman barang dari pabrik ke pasar berkurang drastis. Seluruh rantai pasok menjadi lesu, menciptakan efek domino yang memengaruhi ribuan bisnis, dari pertambangan hingga transportasi. Penurunan aktivitas industri ini tidak hanya berdampak pada lapangan kerja, tetapi juga pada pendapatan negara dari pajak dan ekspor.
Penurunan Investasi dan Kepercayaan Pasar
Saat daya beli konsumen melemah dan bisnis mengalami kerugian, kepercayaan investor ikut menurun. Investor cenderung enggan menanamkan modal di tengah ketidakpastian ekonomi. Mereka khawatir bahwa investasi mereka tidak akan memberikan hasil yang diharapkan karena permintaan pasar yang rendah.