“Hanya orang tertentu saja yang cari (beras lokal). Orang kebanyakan lebih suka beras Jawa, mungkin sudah kebiasaan masyarakat sini konsumsi beras Jawa,” ujar A Kok.
Menanggapi hal ini, Kepala Dinas Pertanian dan Holtikultura Kalbar, Heronimus Hero menuturkan, pola petani pascapanen yang menumpuk gabah menjadi salah satu faktor turunnya kualitas beras lokal Kalbar. “Ditumpuk dua-tiga hari baru giling kualitasnya akan turun, karena enzimatis dari kegiatan fisiologis gabah pascapanen itu tetap berlangsung, itu yang tidak baik,” papar Hero.
Dikatakannya, pola tersebut masih dilakukan oleh sebagian besar petani Kalbar. Penurunan kualitas dapat dilihat dari perubahan warna putih menjadi coklat pada beras. Pun menjadi keras, kemudian gampang pecah.
“Pola seperti ini memang harus kita rombak, memberikan informasi ke masyarakat bahwa yang bagus itu, begitu panen langsung rontok dan jemur,” jelasnya.
Hal tersebut juga menjadi salah satu faktor kenapa beras di luar negeri seperti Thailand berkualitas bagus. “Kalau kita ini kan masih banyak faktor, seperti penguasaan teknologi, pemahaman tentang arti benih pascapanen, dan peralatan masih kurang,” aku Hero.