Tampang.com - Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) optimistis prospek perekonomian Indonesia tahun 2018 bakal lebih baik. Kondisi itu didukung sejumlah indikator ekonomi dan politik menunjuk tanda-tanda positif.
Harga-harga komoditas sejak medio 2014 tertekan, mulai menunjuk perbaikan. Lonjakan harga komoditas menyusul ekonomi global mulai membaik. Itu kemudian memantik harga batu bara dan sawit menggeliat. Harga batu bara mendekati USD 100 per ton dan harga sawit USD 600 per ton, meski pernah jatuh USD 450 per ton.
”Itu menggairahkan pasar ekspor dan mendongkrak penerimaan pajak,” tutur Wapres Jusuf Kalla menghadiri Breakfast Meeting bertitel Prospek Ekonomi Indonesia 2018, gelaran Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) di Hotel Arya Duta, Jakarta kemarin.
Di samping itu, harga minyak juga telah meningkat menjadi USD 55 per barel. Selanjutnya, peringkat kemudahan berinvestasi atau Ease of Doing Business (EODB) bertengger di posisi 72 dari total 190 negara. Selain itu, indikator makroekonomi Indonesia stabil, dengan tingkat inflasi terjaga di kisaran 3-4 persen.
Pada Oktober 2017, tingkat inflasi berada di level 3,07 persen, lebih baik dari Oktober 2016 di posisi 3,31 persen. Itu jauh lebih baik dibanding beberapa tahun lalu pernah menyentuh 10 persen dan membuat suku bunga naik. Indeks pasar modal, kepercayaan Fitch, S&P, angkanya juga bagus yaitu BBB. ”Jadi, tidak ada alasan untuk tidak tumbuh tahun depan,” ujar JK.
JK menggaransi situasi politik nasional kondusif. Biasa dalam kultur politik nasional, dimana dukungan masyarakat kepada partai politik tergolong cair. Dan, tokoh-tokoh politik kalau terlibat perselisihan hanya saat pelaksanaan pesta demokrasi. Namun, setelah selesai pesta demokrasi kembali berkumpul dan bergabung. ”Saya katakan Indonesia selalu stabil. Kita kalau ada konflik selalu berhasil diatasi,” garansi JK.
Hal senada diungkap Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo. Agus menyebut pertumbuhan ekonomi akan sesuai ekspektasi. Sejak 5 tahun terakhir, ekonomi tumbuh cukup baik. Ekonomi masih berkonsentrasi di pulau Jawa 5,5 persen dengan manufakturing, di luar jawa tergantung komoditi.
Dalam 2 tahun terkahir, inflasi terkendali 3,3 persen 2015 dan, 3,02 persen pada 2016. Dibanding 3-4 tahun lalu, inflasi 8 persen. Nah, Oktober tahun ini, inflasi secara month to month (mtm) tumbuh 0,01 persen dan secara year on year 3,8 persen. Untuk tingkat Asean, dalam 6 tahun terakhir inflasi selalu bercokol 5,3 persen. Jauh di bawah Thailan dan Malaysia di bawah 3 persen. ”Jadi, kalau saat ini sudah 3,3 persen harus tetap dijaga,” ucap Agus.