Keputusan untuk menutup Jetstar Asia merupakan langkah yang menyedihkan bagi industri penerbangan di kawasan Asia. Sejak awal berdirinya, maskapai ini telah menjadi pilihan bagi banyak pelancong yang mencari layanan penerbangan dengan biaya terjangkau. Namun, dengan meningkatnya biaya operasional dan daya saing yang semakin ketat di pasar, kondisi ini membuat bisnis maskapai menjadi tidak berkelanjutan.
Gelombang PHK yang terjadi akibat penutupan ini diharapkan menjadi perhatian bagi pemerintah dan lembaga terkait untuk menyiapkan langkah-langkah mitigasi bagi karyawan yang kehilangan pekerjaan. Banyak dari para staf Jetstar Asia telah lama bekerja untuk maskapai ini, dan kehilangan pekerjaan tentunya akan berdampak pada kehidupan mereka dan keluarga mereka.
Konteks persaingan di pasar penerbangan berbiaya rendah semakin kompleks. Beberapa maskapai lain yang juga beroperasi di kawasan Asia, seperti AirAsia dan Scoot, mampu bertahan di tengah tekanan biaya, sementara Jetstar Asia tampaknya tidak dapat menemukan cara untuk tetap kompetitif. Lonjakan tarif bandara menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan masalah ini, di mana biaya yang tinggi dapat menggerus margin keuntungan maskapai.