Selama ini Indonesia masih kalah bersaing dengan negara lain seperti Malaysia, Vietnam, Thailand, dan India dalam perjanjian perdagangan. Lantaran biaya masuk ke negara tersebut lebih rendah daripada Indonesia. ”Akibatnya orang memilih untuk membeli sawit dari Malaysia contohnya, jadi perdagangan kita agak kena,” tambah dia.
Pada Rabu (1/11) lalu memang ada pertemuan untuk membahas percepatan perjanjian perdagangan. Pemerintah memberikan prioritas pada tiga negara atau kawasan. Yakni Chile, Australia, dan Europian Free Trade Assosiation (EFTA) yang terdiri atas Islandia, Liechtenstein, Norwegia, dan Swiss.
Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Iman Pambagyo menuturkan selama ini ekspor ke Chile hanya USD 143 juta pertahun. Tapi, potensi perdagangan di Chile diprediksi lebih besar dari itu. ”Kita tidak pernah punya FTA (free trade agreement ) di Amerika Latin, ini akan jadi yang petama,” ujar dia.
Iman sudah beberapa kali berkunjung ke Chile. Dari informasi yang dia dapat, negara tersebut butuh produk kerajinan, mobil dan suku cadangnya, CPO, produk dari karet, dan alas kaki. Tapi, semua itu terkendala dengan tarif impor yang masih tinggi. yakni dengan tarif most favourable nation (MFN) sebesar 6 hingga 22 persen.