"Bagi pengumuman Bank Sentral AS yang sangat berpengaruh terhadap pergerakan dolar AS terhadap mata uang lainnya, pasar berharap The Fed akan lebih tegas dalam mendukung pemangkasan suku bunga acuan tahun ini. Namun demikian, melihat kondisi inflasi AS yang belum menurun dan sikap yang selalu memberikan pernyataan yang tidak pasti, hal ini mendorong pelaku pasar untuk bersikap menunggu sebelum hasilnya dirilis," ungkapnya.
Mengikuti pendapat Ariston, analis komoditas dan pasar uang, Lukman Leong, memproyeksikan bahwa rupiah akan melemah terhadap dolar AS yang mengalami rebound. "Investor sedang mengantisipasi serangkaian data ekonomi AS dan FOMC pekan tersebut. Rupiah hari itu berkisar di level 16.250 hingga 16.350 per dolar AS," ujar Lukman.
Sebaliknya, Senior Economist KB Valbury Sekuritas, Fikri C Permana, memproyeksikan bahwa rupiah berpeluang untuk melanjutkan penguatannya pada hari itu, Selasa (30/7). "Saya memperkirakan rupiah akan kembali menguat pada hari tersebut, kemungkinan akan berada di kisaran 16.192 hingga 16.292 per dolar AS," kata Fikri.
Fikri menjelaskan bahwa rupiah dapat menguat karena aliran modal yang masih terus masuk ke Indonesia. Hal ini terjadi baik dalam bentuk surat berharga negara (SBN), saham, maupun sekuritas rupiah Bank Indonesia.