Rizal juga menyoroti bahwa upaya pembangunan ekonomi menuju target pertumbuhan ekonomi 8 persen akan sangat bergantung pada kontribusi sektor manufaktur dan padat karya, termasuk tembakau. Namun, kebijakan yang terlalu restriktif tanpa roadmap yang jelas bisa membawa dampak buruk. Industri tembakau menopang ekosistem ekonomi dari hulu ke hilir, dari petani, buruh linting, logistik, ritel, hingga penerimaan fiskal negara.
“Pemerintah harus meninjau ulang pendekatan ‘one size fits all’ terhadap sektor tembakau dan lebih mengedepankan model kebijakan yang proporsional, berbasis data, dan inklusif. Keseimbangan antara kesehatan dan ekonomi harus dijadikan fondasi utama dalam proses perumusan regulasi industri tembakau,” sebut Rizal.