Dari sisi pasokan global, Kolombia menjadi pemasok terbesar, dengan pengiriman sebanyak 3,7 juta ton, diikuti oleh Amerika Serikat dengan 2 juta ton, dan Afrika Selatan dengan 1,8 juta ton. Hal ini menyebabkan rata-rata stok batu bara di terminal impor Amsterdam, Rotterdam, dan Antwerp (ARA) turun menjadi 5,5 juta ton selama enam bulan tersebut, dibandingkan dengan 6 juta ton pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Selain itu, faktor-faktor seperti permintaan dari sektor energi dalam menghadapi cuaca ekstrem di Tiongkok dan India yang mengalami hambatan logistik akibat musim hujan juga turut memengaruhi pergerakan harga batu bara secara global.
Selain Eropa, India juga memiliki peran penting dalam pasar batu bara. Impor batu bara India mengalami kenaikan sebesar 5,3% menjadi 52,29 juta ton pada April-Mei 2024, meskipun pada bulan Mei mengalami sedikit penurunan menjadi 26,19 juta ton. Permintaan impor diprediksi akan tetap rendah dalam beberapa minggu mendatang akibat musim hujan, sementara pertumbuhan produksi di pasar domestik diperkirakan tetap sehat, menurut MD dan CEO mjunction, Vinaya Varma.
Selain itu, Jepang telah merencanakan untuk menghentikan penggunaan tenaga batu bara pada tahun 2035. Hal ini merupakan bagian dari upaya Jepang untuk lebih ambisius dalam mempercepat transisi energinya. Negara ini berencana untuk melipatgandakan kapasitas energi terbarukannya dan bertujuan untuk menghentikan penggunaan tenaga batu bara sepenuhnya pada tahun 2035, dengan target bauran listrik yang menggunakan energi terbarukan antara 65% dan 80%, menurut Japan Climate Initiative.