“Kalau ada operasi pasar, cepat habis. Dan kadang cuma di kota besar,” ujar warga dari daerah pinggiran Bekasi.
Pakar ekonomi menyoroti bahwa persoalan utama bukan hanya di distribusi, tetapi juga pada ketidakseimbangan antara permintaan dan ketersediaan barang di pasar domestik. Belum lagi ketergantungan impor pada beberapa bahan pangan yang membuat harga rentan fluktuasi global.
Daya Beli Melemah, Konsumsi Rumah Tangga Turun
Akibat dari kenaikan harga sembako ini sangat nyata: konsumsi rumah tangga, yang menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi nasional, menurun signifikan. Survei ekonomi terbaru menunjukkan banyak rumah tangga mengurangi belanja non-pokok, termasuk pendidikan dan kesehatan.
“Ekonomi rakyat bukan hanya soal angka inflasi, tapi realita di dapur mereka setiap hari,” tegas seorang analis ekonomi mikro dari Jakarta.
Masyarakat kelas bawah, terutama pekerja informal, kini masuk dalam kategori rawan pangan—sebuah ironi besar bagi negara agraris yang seharusnya mampu swasembada.
Ketimpangan Akses Pangan dan Ancaman Jangka Panjang
Lebih dari sekadar urusan harga, persoalan sembako ini membuka luka lama soal ketimpangan akses pangan antara wilayah perkotaan dan pedesaan, serta antara kelas sosial. Tanpa strategi nasional yang menyentuh akar persoalan produksi dan distribusi, krisis ini dikhawatirkan akan menahun.