Konsumen AS Siap-Siap Gigit Jari
Selain harga barang yang lebih mahal, Miller memperingatkan bahwa konsumen AS juga akan menghadapi pengurangan pilihan produk. Para importir dan peritel kemungkinan akan lebih selektif dalam memilih produk yang masuk ke AS—hanya akan membawa barang yang paling laris dan menguntungkan saja.
“Di tengah tekanan tarif, mereka akan memangkas variasi produk. Ini artinya, model-model tertentu dari brand HP atau laptop yang kurang laku bisa jadi tidak tersedia lagi di toko-toko,” jelasnya.
Apa Dampaknya bagi Indonesia?
Dengan tarif resiprokal sebesar 32%, Indonesia termasuk salah satu negara yang turut terdampak langsung kebijakan ini. Produk-produk ekspor unggulan Indonesia seperti furnitur, pakaian, makanan olahan, atau elektronik rakitan akan mengalami hambatan masuk ke pasar AS karena kenaikan harga akhir yang tidak kompetitif.
Kondisi ini bisa menekan sektor ekspor nasional dan memicu penurunan permintaan dari AS. Para pelaku usaha di Indonesia perlu bersiap dengan strategi baru—baik untuk merambah pasar lain maupun melakukan efisiensi produksi agar tetap bersaing secara global.
Dunia Menuju Perang Dagang Baru?
Kebijakan tarif Trump ini dinilai sebagai langkah agresif yang bisa memicu perang dagang baru di era 2025. Ketika negara-negara yang terdampak mulai memberlakukan tarif balasan, maka efek domino terhadap perdagangan global dan ekonomi dunia bisa jadi tak terhindarkan.
Satu hal yang pasti, harga-harga akan naik dan konsumen di seluruh dunia akan terkena dampaknya, langsung maupun tidak langsung. Apakah ini strategi ekonomi jangka panjang atau sekadar taktik politik menjelang pemilu, hanya waktu yang bisa menjawab.