Sebagai contoh, profesi sopir dan ART biasanya diisi oleh tenaga kerja yang tidak memerlukan pendidikan formal yang tinggi. Ketika lulusan S1 beralih ke posisi tersebut, ini menunjukkan bahwa ada kecocokan rendah antara pendidikan yang diperoleh dan pekerjaan yang tersedia. Situasi ini menjadi semakin rumit ketika kita melihat bahwa banyak lulusan merasa terpaksa menerima pekerjaan yang tidak sesuai demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Faktor ekonomi juga memainkan peranan penting dalam fenomena ini. Dengan biaya hidup yang terus meningkat, banyak lulusan yang tidak memiliki pilihan lain selain menerima pekerjaan yang mungkin tidak cocok dengan pendidikan mereka. Upah yang ditawarkan dalam sektor informal sering kali jauh di bawah standar, tetapi hal tersebut terpaksanya diterima sebagai jalan keluar dari kondisi pengangguran yang menekan.
Di sisi lain, ada juga berbagai program pemerintah dan swasta yang berupaya untuk meningkatkan keterampilan dan daya saing lulusan perguruan tinggi. Meskipun demikian, implementasi program tersebut belum sepenuhnya efektif dalam menjawab masalah fundamental yang ada di sektor kerja. Lulusan yang ingin beralih ke sektor yang lebih formal, sering kali harus mengikuti pelatihan tambahan, yang memakan waktu dan biaya juga.