Pariwisata merupakan salah satu sektor yang dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap ekonomi lokal. Dengan potensi alam dan budaya yang kaya, banyak daerah di Indonesia berusaha menarik wisatawan untuk mengembangkan pariwisata mereka. Namun, di tengah potensi tersebut, ada dinamika yang kompleks di mana pariwisata sering kali terjebak dalam permainan politik dan ekonomi, membuatnya menjadi sebuah berkah sekaligus kutukan.
Dalam tahun-tahun terakhir, banyak kebijakan pemerintah daerah berfokus pada pengembangan pariwisata sebagai salah satu motor penggerak ekonomi lokal. Investasi dalam infrastruktur, promosi budaya, dan event-event besar diyakini mampu menjadikan suatu daerah lebih menarik di mata wisatawan. Namun, di balik upaya tersebut, sering kali muncul politisasi budaya yang dapat merusak nilai inti dari pariwisata itu sendiri.
Politisasi budaya terjadi ketika unsur-unsur budaya yang dikerahkan dalam promosi pariwisata diarahkan untuk kepentingan politik tertentu. Hal ini sering kali terlihat pada festival budaya atau acara pariwisata yang dikendalikan oleh pihak tertentu. Budaya seharusnya menjadi aset bersama yang dapat dinikmati semua orang, namun kadang-kadang dijadikan alat untuk meraih popularitas politik. Akibatnya, nilai kultural yang seharusnya diangkat menjadi semakin kabur dan berpotensi mengesampingkan kebudayaan asli daerah.