Tampang

Fenomena "Gaji Numpang Lewat": Mengapa Uang Cepat Habis dan Bagaimana Mengatasinya

26 Mei 2025 20:47 wib. 46
0 0
Ilustrasi boros, gaya hidup boros, perilaku boros. (FREEPIK/PIKISUPERSTAR)
Sumber foto: Google

Jakarta – Momen gajian seharusnya menjadi waktu yang membahagiakan, namun tak sedikit pekerja yang justru merasakan gaji mereka hanya "numpang lewat". Saldo rekening menipis dalam hitungan minggu, bahkan hari, menyisakan pertanyaan besar: mengapa ini begitu mudah terjadi? Fenomena ini bukanlah kebetulan semata. Gaya hidup modern, kemudahan bertransaksi digital, serta kurangnya literasi finansial menjadi kombinasi berbahaya yang menjebak banyak orang dalam pola konsumsi boros.

Gaya Hidup dan Pengaruh Digital: Pemicu Utama Pemborosan

Salah satu penyebab utama pemborosan uang di kalangan generasi produktif saat ini adalah peningkatan gaya hidup yang tidak diimbangi dengan pengelolaan keuangan yang sehat. Konsep "lifestyle inflation" atau inflasi gaya hidup menggambarkan bagaimana kenaikan penghasilan kerap diikuti dengan peningkatan pengeluaran yang tidak proporsional. Alih-alih menabung lebih banyak, penghasilan tambahan justru digunakan untuk memenuhi keinginan yang semakin meningkat.

Survei yang dilakukan Populix pada tahun 2023 menunjukkan fakta mengejutkan: sebanyak 68 persen responden berusia 25 hingga 35 tahun mengakui sering membeli barang bukan karena kebutuhan, melainkan keinginan untuk mengikuti tren. Hal ini menandakan kuatnya pengaruh tren dan gaya hidup dalam keputusan belanja.

"Anak muda saat ini lebih mengutamakan pengalaman seperti nongkrong, staycation, atau belanja online ketimbang menabung. Hal ini bisa menjadi masalah ketika tidak disertai kesadaran finansial yang memadai," ujar Ligwina Hananto, perencana keuangan dari QM Financial, dalam pemberitaan Kompas.com (27/1/2023) lalu. Prioritas pada pengalaman seringkali menggeser prioritas pada keamanan finansial jangka panjang.

Godaan Belanja Online dan Transaksi Nontunai

Kemajuan teknologi finansial (fintech) juga menjadi faktor signifikan dalam meningkatkan perilaku konsumtif. Riset Katadata Insight Center pada tahun 2022 mencatat bahwa 74 persen masyarakat Indonesia merasa lebih impulsif berbelanja sejak mengenal platform e-commerce. Kemudahan akses terhadap fitur flash sale, promo gratis ongkir, hingga layanan paylater membuat transaksi terasa ringan, seolah tanpa beban, meski berdampak besar pada pengeluaran bulanan.

<123>

#HOT

0 Komentar

Belum ada komentar di artikel ini, jadilah yang pertama untuk memberikan komentar.

BERITA TERKAIT

BACA BERITA LAINNYA

Makanan versus Gaya Hidup
0 Suka, 0 Komentar, 23 Jul 2017

POLLING

Dampak PPN 12% ke Rakyat, Positif atau Negatif?