Pertamina juga memastikan bahwa produksi hulu migasnya tumbuh sebesar 8 persen menjadi 1.044 MBOEPD dibanding tahun sebelumnya. Di sektor hilir, produksi BBM Pertamina memenuhi 70 persen kebutuhan nasional. Wiko juga mencatat bahwa jangkauan distribusi energi Pertamina telah mencapai 98 persen, dengan didukung program BBM 1 Harga, Pertashop, dan One Village One Outlet (OVOO). Selain itu, Pertamina telah membangun 820 ribu Sambungan Rumah Tangga (SRT) untuk pemasokan gas. Operasional kapal tanker dan kapal pendukung juga telah menjadi bagian dari rantai pasokan energi yang lengkap di Pertamina.
Dalam konteks acceptability sebagai energi berkelanjutan, Pertamina telah memproduksi geothermal dengan kapasitas 1.877 MW atau setara dengan 78 persen nasional. Selain itu, Pertamina juga telah membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dengan kapasitas 53 MWp. Perusahaan juga terus melakukan inovasi dengan memproduksi biofuel untuk berbagai varian biodiesel, B35, HVO, Bioetanol E5, dan SAF2,4. Dalam aspek dekarbonisasi scope 1 dan 2, Pertamina berhasil mengurangi emisi sebesar 8,5 juta ton COe atau 34 persen emisi operasi.
Pertamina juga meraih peringkat risiko lingkungan, sosial, dan tata kelola yang tinggi (ESG) dengan peringkat nomor satu dunia dalam sub-industri Minyak dan Gas Terintegrasi. Perusahaan memimpin peringkat tertinggi dari 61 perusahaan dunia, berdasarkan penilaian dari Lembaga ESG Rating Sustainalytics dengan skor 20,7. Adapun kinerja keuangan Pertamina pada 2023 mencatatkan laba total sekitar Rp72,7 triliun, yang naik 17% dibanding laba pada tahun sebelumnya.