Melihat potensi besar namun minimnya nilai tambah di tingkat petani, Ketua DEN menekankan pentingnya hilirisasi berbasis komunitas. Dengan memanfaatkan teknologi sederhana seperti distilasi uap, petani secara mandiri dapat menghasilkan produk turunan kemenyan yang bernilai jual tinggi, seperti minyak kemenyan, resin terstandar, hingga bioaktif yang siap untuk diekspor.
Atas dasar itu, DEN berencana mulai mengembangkan program hilirisasi kemenyan berbasis komunitas. Inisiatif ini diharapkan dapat memberdayakan petani dan menciptakan rantai nilai yang lebih adil.
“Minat dari pelaku usaha dan mitra potensial sudah mulai terbentuk. Namun, yang terpenting adalah kerja sama yang terintegrasi antara lintas kementerian, pemerintah daerah, dan pelaku usaha agar hilirisasi kemenyan dapat memberikan manfaat nyata bagi masyarakat setempat,” jelas Luhut, menekankan urgensi kolaborasi berbagai pihak.
Luhut juga telah mendiskusikan digitalisasi sebaran lahan dan pohon kemenyan bersama Kementerian Kehutanan, Badan Pengelola Kawasan Hutan, Bupati Tapanuli Utara, Bupati Humbang Hasundutan, serta Forkompimda setempat. Hal itu bertujuan untuk memastikan setiap langkah pembangunan dilakukan berbasis data yang akurat dan sesuai dengan kebutuhan di lapangan.