Perubahan perilaku merokok di kalangan Generasi Z di Indonesia menunjukkan tren yang mengkhawatirkan bagi industri tembakau, termasuk bagi produsen besar seperti Gudang Garam. Sejumlah data penting memberikan gambaran mengenai fenomena ini. Menurut survei Riskesdas, prevalensi perokok yang berusia di bawah 18 tahun menurun dari 9,1 persen pada tahun 2018 menjadi 7,4 persen pada tahun 2023. Meskipun begitu, secara total jumlah perokok anak muda meningkat seiring dengan pertumbuhan populasi.
Salah satu survei dari GoodStats juga mencatat penurunan yang signifikan pada jumlah perokok muda, di mana persentasenya berkurang dari 3,81 persen pada tahun 2020 menjadi 3,44 persen di tahun 2022. Namun, ada sedikit penambahan menjadi 3,65 persen pada tahun 2024. Meskipun rokok konvensional masih ada di pasaran, fakta bahwa semakin sedikit remaja yang beralih ke kebiasaan merokok menunjukkan perubahan sikap yang patut dicermati.
Salah satu pergeseran paling mencolok terlihat pada preferensi rokok elektrik, atau vape. Generasi Z kini lebih tertarik pada vape yang dianggap lebih modern dan variatif dalam rasa. Hal ini menunjukkan bahwa mereka semakin beralih dari rokok kretek dan sigaret yang menjadi andalan banyak produsen rokok termasuk Gudang Garam.
Di samping itu, kebijakan pemerintah seperti kenaikan cukai rokok dan pembatasan iklan serta pelarangan penjualan rokok batangan berdampak negatif terhadap daya tarik rokok tradisional. Dengan langkah-langkah ini, akses terhadap produk-produk rokok konvensional bagi remaja menjadi semakin terbatas, yang jelas mempengaruhi penjualan.