Berdasarkan temuan dari beberapa studi, diprediksi bahwa penutupan kantor cabang ini akan berdampak langsung terhadap tenaga kerja yang selama ini bergantung pada keberadaan fisik kantor untuk menjalankan operasional perbankan. Ancaman gelombang PHK di sektor perbankan menjadi semakin mengkhawatirkan, apalagi dalam situasi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih pasca-pandemi. Dengan semakin banyaknya cabang yang ditutup, akan semakin banyak tenaga kerja yang tidak lagi dibutuhkan, dan ini bisa berdampak pada peningkatan angka pengangguran di sektor ini.
Di satu sisi, transformasi digital ini membawa manfaat dalam bentuk efisiensi operasional dan peningkatan layanan kepada nasabah. Namun, dalam konteks ini, dampak sosial dari pengurangan tenaga kerja akan menjadi isu yang sangat penting untuk diperhatikan. Banyak pekerja yang terpaksa mencari pekerjaan baru atau beradaptasi dengan perubahan, yang tidak selalu mudah dilakukan, terutama bagi mereka yang telah lama berkecimpung di industri perbankan.
Himbara, sebagai penggerak utama di sektor perbankan, memiliki tanggung jawab untuk memformulasikan strategi yang dapat mengurangi dampak dari penutupan kantor dan potensi PHK. Seberapa jauh mereka bisa melakukan restrukturisasi tanpa mengorbankan karyawan mereka adalah tantangan yang harus dihadapi. Melalui pelatihan dan program pengembangan karyawan, ada peluang untuk mengalihkan keterampilan tenaga kerja yang terdampak ke sektor lain yang mungkin sedang berkembang.