Partner dari perusahaan modal ventura asal Singapura Square Peg Capital, Piruze Sabuncu, menyebut penghambat investasi di Indonesia karena penduduknya dikenal enggan untuk membayar.
Pemerintah Malaysia telah mengambil langkah proaktif dengan memberikan berbagai insentif kepada perusahaan teknologi, termasuk yang bergerak di bidang AI. Hal ini mencakup insentif pajak, akses mudah terhadap sumber daya manusia yang berkualitas, serta kebijakan yang mendukung penelitian dan pengembangan teknologi AI. Di sisi lain, Indonesia masih terlihat kurang agresif dalam memberikan insentif serupa kepada para pelaku industri AI.
Selain dari pihak pemerintah, tingkat kepelitan pengguna teknologi di Indonesia juga menjadi salah satu faktor utama yang memengaruhi pertumbuhan industri AI. Warga Indonesia cenderung lebih hemat dalam mengeluarkan uang untuk membayar produk atau layanan teknologi. Hal ini menjadi kendala bagi perusahaan teknologi AI dalam memperluas pasar dan meningkatkan adopsi teknologi AI di Indonesia.
Pola pikir kepelitan ini juga terlihat dalam penggunaan teknologi sehari-hari di Indonesia. Meskipun penetrasi penggunaan smartphone dan internet tinggi, pengguna teknologi di Indonesia cenderung lebih memilih produk atau layanan teknologi yang gratis atau memiliki harga yang sangat terjangkau. Hal tersebut menghambat pertumbuhan industri teknologi AI yang sering kali membutuhkan investasi besar dalam pengembangan dan pemasaran produknya.