Keamanan wisata di Indonesia, terutama di sektor pendakian, diatur oleh berbagai regulasi. Namun, aplikasi di lapangan sering kali tidak seefisien harapan. Banyak pendaki yang datang tanpa ditemani pemandu berlisensi atau tanpa pengetahuan yang cukup tentang rute yang akan dilalui. Ini menambah risiko insiden serupa di masa depan. Otoritas pariwisata setempat seharusnya meningkatkan sosialisasi dan memberikan informasi yang tepat kepada pendaki, baik lokal maupun mancanegara.
Di sisi lain, teknologi juga dapat berperan penting dalam meningkatkan keamanan pendakian. Beberapa tempat wisata di Indonesia mulai menggunakan aplikasi dan perangkat GPS untuk membantu pendaki melacak lokasi mereka serta kondisi cuaca secara real-time. Meskipun demikian, penggunaan teknologi ini masih belum merata di semua lokasi pendakian. Dalam konteks kematian Juliana Marins, keluarga dan teman-teman dekatnya merasa kecewa dengan respons yang lambat dari otoritas setempat.
Kemitraan dengan berbagai lembaga internasional bisa menjadi langkah strategis untuk meningkatkan standar keselamatan di tempat-tempat wisata. Dengan mengadopsi praktik terbaik dari negara-negara lain yang memiliki pengalaman dalam manajemen risiko di area pendakian, Indonesia bisa belajar untuk mengurangi insiden yang tidak diinginkan.