Everest dan Rekor Pendakian
Pada tahun 2023, pemerintah Nepal telah mengeluarkan 463 izin pendakian, yang mencatat jumlah terbanyak sepanjang sejarah. Jika setiap pendaki ditemani oleh satu atau lebih sherpa—pemandu lokal yang memiliki peran penting dalam ekspedisi—diperkirakan ada sekitar 900 orang yang akan mendaki Everest tahun ini. Angka ini mencerminkan popularitas Everest yang terus meningkat, meskipun risikonya sangat besar.
Namun, semakin banyak pendaki yang mencoba mencapai puncak, semakin besar pula kemungkinan terjadinya insiden. Padatnya jalur pendakian dan kondisi cuaca yang sulit diprediksi sering kali menjadi penyebab utama kecelakaan fatal.
Sulitnya Memulangkan Jenazah dari Everest
Ketika seorang pendaki kehilangan nyawa di Everest, membawa jenazah mereka kembali bukanlah tugas yang mudah. Selain membutuhkan biaya yang sangat besar, proses pemulangan jenazah juga sangat berbahaya. Dalam beberapa kasus, biaya yang diperlukan untuk membawa pulang jenazah bisa mencapai sekitar 70.000 dolar AS atau setara dengan Rp1,1 miliar.
Selain itu, medan yang ekstrem dan suhu dingin membuat proses evakuasi menjadi sangat berisiko. Pada tahun 1984, dua pendaki asal Nepal tewas dalam upaya memulangkan jenazah pendaki lain. Hal inilah yang menyebabkan banyak jenazah tetap dibiarkan di gunung. Jenazah-jenazah tersebut, meskipun tak disengaja, menjadi "penanda" di sepanjang jalur pendakian Everest.
Bahaya dan Tantangan yang Mengintai
Pendakian Everest bukan hanya tentang menaklukkan ketinggian, tetapi juga melawan batas kemampuan manusia. Suhu ekstrem, kekurangan oksigen, dan bahaya longsoran salju adalah beberapa tantangan utama yang harus dihadapi. Bahkan pendaki yang berpengalaman pun tidak kebal terhadap risiko-risiko ini.