Perubahan ini sebagian besar disebabkan oleh modernisasi dan pengaruh budaya luar yang semakin masuk ke komunitas-komunitas adat di India. Generasi muda cenderung meninggalkan desa-desa mereka untuk mencari pekerjaan atau pendidikan di kota-kota besar, sehingga semakin terputus dari tradisi leluhur. Selain itu, stigma sosial terhadap tato tradisional, yang dianggap kuno atau primitif oleh sebagian masyarakat modern, turut mempercepat kepunahan seni ini.
Selain kehilangan makna budaya, Suku Thoti juga menghadapi tantangan dalam mempertahankan seni tato itu sendiri. Banyak pengrajin tato tradisional, yang biasanya adalah perempuan tua dalam komunitas, telah meninggal dunia tanpa sempat mewariskan keahlian mereka kepada generasi berikutnya. Bahan-bahan alami yang digunakan untuk membuat tinta tato, seperti getah tumbuhan dan abu, juga semakin sulit didapatkan.
Namun, masih ada upaya dari beberapa pihak untuk melestarikan tradisi ini. Beberapa anggota suku, bersama dengan aktivis budaya dan antropolog, mencoba mendokumentasikan desain-desain tato Suku Thoti sebelum benar-benar hilang. Mereka juga mengadakan lokakarya dan acara komunitas untuk meningkatkan kesadaran di kalangan generasi muda tentang pentingnya menjaga tradisi ini. “Tato ini bukan hanya gambar di kulit, tetapi juga cerita tentang siapa kami dan dari mana kami berasal,” kata seorang tetua suku, mengingatkan pentingnya tato sebagai warisan budaya.