“Tadi lauknya ayam suwir. Teman-teman bilang baunya aneh, kayak basi, tapi karena lapar ya dimakan juga. Beberapa jam kemudian mulai mual dan muntah,” kata salah satu siswa.
Hingga saat ini, belum ada kepastian dari pihak sekolah maupun pemerintah mengenai penyebab pasti keracunan tersebut. Namun, dugaan kuat mengarah pada kualitas makanan yang tidak layak konsumsi atau kelalaian dalam proses penyimpanan dan distribusi.
Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur telah mengirimkan tim untuk menyelidiki kasus keracunan massal ini. Sampel makanan telah diambil dan tengah diuji di laboratorium untuk mengetahui kandungan zat berbahaya atau adanya kontaminasi bakteri.
“Kami sedang melakukan investigasi menyeluruh. Kami juga tengah memeriksa pihak katering yang memasok makanan tersebut,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Cianjur.
Pihak kepolisian juga turut serta dalam penyelidikan untuk memastikan tidak ada unsur kelalaian atau pelanggaran hukum dalam pengadaan makanan tersebut.
Peristiwa ini memunculkan kekhawatiran di kalangan orang tua murid dan masyarakat luas terhadap pelaksanaan program makanan bergizi gratis (MBG) yang selama ini dianggap bermanfaat. Banyak yang meminta agar pemerintah melakukan evaluasi ketat terhadap kualitas makanan, penyedia jasa katering, serta sistem pengawasan di lapangan.