Di tengah gemuruh genderang dan sorak-sorai penonton, puluhan perahu ramping dengan kepala dan ekor naga yang diukir indah melaju kencang di atas air, didayung serentak oleh para kru yang penuh semangat. Ini adalah pemandangan khas dari Lomba Perahu Naga (), sebuah tradisi kuno di Tiongkok yang bukan hanya sekadar perlombaan olahraga, tetapi juga perayaan yang kaya akan sejarah, makna budaya, dan esensi kekuatan komunitas serta semangat kompetisi yang membara.
Kisah Qu Yuan: Akar Pahlawan dan Kesetiaan
Akar Lomba Perahu Naga berpadu erat dengan Festival Duanwu atau Festival Perahu Naga, yang dirayakan pada hari kelima bulan kelima kalender Lunar. Legenda paling populer di balik festival ini adalah kisah tragis Qu Yuan (), seorang penyair dan menteri patriotik dari Negara Chu selama Periode Negara-Negara Berperang (475-221 SM). Qu Yuan dikenal karena kesetiaan dan kejujurannya, namun ia difitnah dan diasingkan oleh raja.
Dalam keputusasaan melihat negaranya jatuh ke tangan musuh, Qu Yuan bunuh diri dengan melompat ke Sungai Miluo pada hari kelima bulan kelima. Rakyat Chu yang sangat mencintainya bergegas mencari tubuhnya di perahu-perahu, dan mereka melemparkan nasi ketan ke dalam sungai agar ikan tidak memakan tubuh Qu Yuan. Dari sinilah lahir tradisi lomba perahu naga (simbol pencarian tubuh Qu Yuan) dan makan zongzi (bakcang, nasi ketan yang dibungkus daun bambu sebagai persembahan).