Di kawasan tersebut, dahulu terdapat banyak pohon tinggi yang dianggap sebagai tempat tinggal berbagai roh dan makhluk halus. Kepercayaan terhadap roh ini berasal dari tradisi animisme yang pernah dianut oleh masyarakat setempat. Dalam kepercayaan animisme, roh memiliki karakteristik yang mirip dengan manusia—ada yang baik, ada yang jahat, dan ada pula yang bersifat netral. Oleh karena itu, roh dipercaya bisa hidup berdampingan dengan manusia dan bahkan berinteraksi dengan mereka.
Namun, kepercayaan ini mulai bergeser ketika Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie mendirikan permukiman di daerah tersebut pada abad ke-18. Menurut legenda, sebelum mendirikan Kesultanan Pontianak, Sultan dan pasukannya sering diganggu oleh makhluk-makhluk halus yang mendiami wilayah tersebut. Untuk mengusir roh-roh tersebut, Sultan Syarif Abdurrahman melakukan tembakan meriam ke udara sebagai bentuk perlawanan simbolis. Sejak saat itu, roh-roh yang sebelumnya dianggap sebagai penjaga pohon tinggi mulai disebut sebagai pontianak atau kuntilanak, yang kemudian memiliki konotasi negatif sebagai sosok hantu perempuan.
Inilah yang membuat masyarakat modern sering mengasosiasikan pohon besar, seperti pohon beringin, dengan keberadaan makhluk halus. Tradisi ini juga masih bertahan hingga saat ini, di mana orang-orang kerap menghindari lokasi tertentu yang dipenuhi dengan pepohonan besar pada malam hari karena dianggap sebagai sarang makhluk astral.
Monsterisasi Perempuan dalam Mitos Kuntilanak
Selain kajian dari Timo Duile, aspek menarik lainnya dari cerita kuntilanak dibahas oleh sejarawan Nadya Karima Melati dalam risetnya yang berjudul "Monsterisasi Perempuan dan Monoteisme" (2022). Dalam penelitiannya, Nadya menyoroti bagaimana narasi tentang roh perempuan yang sebelumnya netral berubah menjadi hantu menyeramkan seiring dengan masuknya agama monoteisme ke Nusantara.
Menurut Nadya, sebelum agama-agama monoteistik seperti Islam dan Kristen masuk ke Indonesia, masyarakat masih memegang kepercayaan lokal yang lebih inklusif terhadap dunia spiritual. Roh-roh yang mendiami alam dianggap sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari dan tidak selalu memiliki sifat jahat. Namun, ketika ajaran monoteistik mulai menyebar, konsep tentang roh berubah drastis. Kepercayaan terhadap makhluk halus yang sebelumnya dianggap wajar mulai diubah menjadi sesuatu yang menakutkan dan bertentangan dengan ajaran agama.