Tak hanya itu, kemudahan dalam mengedit tulisan digital juga menjadi daya tarik tersendiri. Dalam konteks menulis, teknologi memungkinkan kita untuk mengoreksi kesalahan dengan mudah — cukup dengan menghapus dan mengetik ulang. Di sisi lain, ketika menggunakan tulisan tangan, menghapus atau memperbaiki kesalahan bisa menjadi tantangan. Hal ini selanjutnya memengaruhi kenyamanan dan keinginan seseorang untuk memilih antara tulisan tangan atau digital.
Selain itu, adanya kebiasaan modern seperti penggunaan media sosial dan aplikasi chat mempercepat pergeseran ini. Dalam interaksi sehari-hari, kita sering kali lebih terbiasa menggunakan emoji dan singkatan alih-alih menuliskan pikiran kita secara lengkap. Hal ini tidak hanya menyederhanakan komunikasi tetapi juga mengubah cara kita memandang proses menulis itu sendiri.
Teknologi juga telah memperkenalkan alat menulis digital yang semakin canggih, seperti stylus yang dapat digunakan pada tablet. Meskipun perangkat tersebut memadukan elemen tulisan tangan dengan digital, banyak orang memilih untuk tetap mengandalkan aplikasi dan program yang lebih praktis untuk menyelesaikan pekerjaan mereka. Kebergantungan pada teknologi ini juga menciptakan ketergantungan baru dalam kebiasaan menulis.
Di kalangan pelajar, ada kekhawatiran bahwa minimnya praktik tulisan tangan dapat berdampak negatif pada keterampilan kognitif. Beberapa studi menunjukkan bahwa menulis tangan dapat membantu dalam proses pembelajaran dan mengingat informasi. Namun, realitasnya, siswa lebih cenderung untuk menggunakan laptop atau tablet dalam kelas karena keterhubungan internet dan kemudahan akses ke sumber informasi.