Kita sering kali merasa bingung mengapa hampir tidak bisa mengingat apa pun dari masa kanak-kanak, terutama usia di bawah tiga tahun. Bahkan, jika pun ada kenangan, sering kali terasa samar atau seolah hanya cuplikan tanpa konteks jelas. Dalam dunia sains, fenomena ini dikenal sebagai childhood amnesia atau amnesia masa kanak-kanak. Penjelasan mengenai hal ini kini semakin terkuak berkat riset dari Sarah Power, peneliti dari Max Planck Institute for Human Development.
Sarah Power meneliti bagaimana memori awal terbentuk, baik pada manusia maupun tikus. Penelitian lintas spesies ini bertujuan untuk memahami lebih dalam cara kerja otak dalam menyimpan dan mengakses memori. Hasilnya? Cukup mencengangkan dan bisa mengubah cara kita memandang kenangan masa kecil.
Tikus Bisa Menyimpan Memori, Tapi Tak Bisa Mengaksesnya
Dalam eksperimen yang dilakukan, tikus menunjukkan kemampuan untuk merekam memori sejak dini. Meski mereka tidak bisa mengakses kenangan tersebut saat dewasa, penelitian lanjutan menunjukkan bahwa memori itu sebenarnya masih tersimpan di otak mereka. Ketika para peneliti mengubah kadar protein reseptor tertentu di otak tikus, hewan-hewan ini tiba-tiba menunjukkan respons yang menandakan mereka masih ingat kejadian sebelumnya. Ini mengindikasikan bahwa memori awal tidak benar-benar hilang, hanya tidak bisa diakses dengan cara biasa.
Temuan ini membawa pemahaman baru: memori bisa tetap ada, namun "terkunci" karena proses biologis tertentu. Lalu, bagaimana dengan manusia?
Manusia Mengandalkan Ingatan Orang Lain