Kenaikan tarif ojol yang signifikan ini memberikan gambaran jelas tentang dampak dari kemacetan parah yang terjadi di Jakarta. Sebagian penumpang yang ingin segera sampai di tujuan terpaksa harus merogoh kocek lebih dalam. Hal ini juga menjadi perbincangan hangat di media sosial, di mana warganet membahas berbagai pengalaman mereka terhadap kemacetan dan keberadaan tarif yang selangit tersebut.
Bisa dibayangkan, jika dalam satu hari saja, sebuah iring-iringan presiden mampu menyebabkan kebingungan massal pada pengguna jalan, bagaimana dengan kemacetan sehari-hari yang sering terjadi di Jakarta? Setiap tahunnya, Jakarta menghadapi masalah yang sama: kemacetan. Di hari yang sama, detik-detik menunggu di jalanan menjadi terasa sangat menegangkan bagi setiap pengendara. Banyak orang yang terpaksa memilih untuk menggunakan transportasi umum, namun dengan situasi yang tidak terkendali, memanfaatkan ojol menjadi pilihan yang berisiko sekaligus mahal.
Di tengah keprihatinan tersebut, pihak berwenang juga mulai mencari solusi untuk mengurangi kemacetan yang terjadi di Jakarta. Berbagai program untuk meningkatkan transportasi publik dan mengurangi jumlah kendaraan pribadi selalu menjadi topik yang hangat diperbincangkan. Namun, faktanya adalah bahwa kemacetan yang terjadi pada 28 Mei 2025 jelas menunjukkan bahwa masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan.