Adapun kegiatan tahunan makam Sunan Gunung Jati, seperti Maulid Nabi Muhammad SAW, Syabanan (sedekah bumi), Syawal, berupa sunatan santunan anak yatim, fakir miskin, dan duafa, dan 21 setiap Ramadan pencucian benda-benda peninggalan. Jumlah pengunjung umumnya meningkat saat Ramadan, Idul Fitri, maulid, dan hari besar Islam lainnya.
5. Tari Sintren
Selain sebagai memiliki berbagai cerita tentang penyebaran Islam, Cirebon juga memiliki tarian yang cukup terkenal, yaitu tari sintren. Tarian ini sangat unik karena terselip unsur mistis lewat pelaksanaan ritual memanggil roh atau arwah.
Tarian ini awalnya merupakan sebuah kesenian sajak masyarakat Pantura Cirebon dan Indramayu untuk mengelabui tentara Belanda. Alasannya, zaman penjajahan segala bentuk kesenian yang menampilkan sisi perjuangan seperti syair maupun sajak sangat dilarang.
Pemerintah Belanda hanya mengizinkan kesenian yang tidak mengandung unsur perjuangan. Mereka akhirnya sepakat untuk mengelabui tentara Belanda dengan tetap melantunkan sajak perjuangan melalui bahasa daerah. Bahasa yang digunakan saat itu tidak dipahami Belanda dan menggunakan perempuan sebagai sisi sarkastik melawan penjajah.
Di luar soal era kolonial, tari sintren berawal dari kisah Sulandono sebagai putra Ki Bahurekso Bupati Kendal yang pertama, hasil perkawinannya dengan Dewi Rantamsari yang dijuluki Dewi Lanjar. Raden Sulandono memadu kasih dengan Sulasih seorang putri dari Desa Kalisalak. Namun, hubungan asmara tersebut tidak direstui Ki Bahurekso hingga akhirnya R. Sulandono pergi bertapa dan Sulasih memilih menjadi penari.
6. Nasi Jamblang
Nasi ini terbilang unik karena dibungkus dengan daun jati. Nama itu berasal dari tempat pertama kali nasi jamblang dibuat, yakni Desa Jamblang. Nasi ini muncul bersamaan dengan tindak kerja paksa pembuatan jalan raya Trans Jawa pada masa Belanda.
Proses pembangunan jalan Trans Jawa (Anyer-Panarukan) tersebut melibatkan ribuan rakyat Cirebon. Mereka mencari cara agar nasi yang dibekal tidak cepat basi. Akhirnya ditemukanlah solusi untuk membungkus nasi dengan godong (daun) jati karena memiliki banyak pori-pori dan serat. Sejak itu, orang-orang menggunakan daun jati sebagai pembungkus nasi jamblang.Ukuran nasi jamblang hanya sekitar sekepal tangan. Tetapi, lauk pendampingnya sangat beragam, mirip di warung tegal, seperti tempe, satai telur, tongkol balado, dan lain-lain.