3. Masjid Sang Cipta Rasa
Seperti disebutkan pada poin dua, Masjid Agung Sang Cipta Rasa berada di bagian luar Keraton Kasepuhan. Masjid agung ini dibangun pada 1498 oleh Wali Sanga atas prakarsa Sunan Gunung Jati. Pambangunannya dipimpin oleh Sunan Kalijaga dengan arsitek Raden Sepat dari Majapahit bersama dengan 200 orang pembantunya dari Demak.
Masjid ini dinamai Sang Cipta Rasa karena merupakan pengejawantahan dari rasa dan kepercayaan. Penduduk Cirebon pada masa itu juga menamainya Masjid Pakungwati karena terletak dalam komplek Keraton Pakungwati. Sekarang, masjid ini terletak di depan Keraton Kesepuhan.
Masjid Sang Cipta Rasa memiliki makna bangunan yang agung yang sengaja dibangun untuk digunakan untuk beribadah. Hal ini tercermin dalam tiga kata yang mewakili nama masjid, yaitu Sang yang berarti keagungan, Cipta yang bermakna dibangun, dan Rasa yang berarti digunakan.
Jika diperhatikan, gaya arsitektur masjid mengambil perpaduan gaya Jawa dan Hindu Majapahit. Hal ini bisa dilihat dari gapura di bagian halaman masjid yang biasa terdapat pada bangunan pura, sedangkan seramb dan atap masjid menyerupai rumah joglo, yaitu rumah adat masyarakat Jawa.
Awalnya, masjid ini dibangun dengan 12 tiang penyangga atau saka guru yang terbuat dari kayu jati. Karena faktor usia, kayu penyangga ditopang dengan tiang-tiang yang terbuat dari besi serta menambahkan 18 penyangga baru saat pemugaran yang dilakukan pada 1977.
Keistimewaan lain, masjid ini mempunyai sembilan pintu sebagai jalan masuknya. Satu pintu utama dan delapan di sisi kanan dan kiri. Pintu utama masjid yang berukuran 240 cm hanya dibuka pada saat salat Jumat dan hari besar Islam lainnya, seperti Maulid Nabi, salat Idul Fitri, dan Idul Adha, sedangkan pintu di bagian samping dibuat lebih rendah dengan ukuran 160 cm ssbagai simbol penghormatan dan merendahkan diri saat memasuki masjid.
4. Makam Sunan Gunung Jati
Bicara Cirebon kurang lengkap tanpa membahas kompleks pemakaman Sunan Gunung Jati. Lokasi ini ramai dikunjungi peziarah maupun wisatawan dari berbagai kota di Indonesia. Lokasinya terletak di Desa Astana,Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
Peranan Sunan Gunung Jati dalam menyebarkan ajaran Islam di tanah Cirebon menjadikannya sebagai tokoh sentral yang dikultuskan sebagian besar masyarakat Cirebon. Di kompleks pemakaman ini tak hanya terdapat makam Sunan Gunung Jati, tapi juga menjadi tempat peristirahatan terakhir para sesepuh pendiri Cirebon.
Makam Sunan Gunung Jati terletak di tingkat sembilan dengan sembilan pintu gerbang. Kesembilan pintu gerbang itu memiliki nama masing-masing, yaitu Pintu Gapura, Pintu Krapyak, Pintu Pasujudan, Pintu Ratnakomala, Pintu Jinem, Pintu Rararog, Pintu Kaca, Pintu Bacem, dan Pintu Teratai yaitu pintu untuk menuju ke area makam Sunan Gunung Jati.
Kompleks pemakaman ini memiliki acara harian hingga tahunan. Acara tahunan menjadi kegiatan yang paling ditunggu-tunggu para peziarah dan menjadi salah satu daya tarik wisata.