Chris Voisey, seorang ahli geologi dari Universitas Monash, Australia, menjelaskan bahwa saat Bumi masih dalam kondisi cair, logam-logam seperti emas dengan cepat tenggelam menuju inti karena memiliki kepadatan tinggi. Hal ini terjadi sekitar 4,5 miliar tahun lalu, sebelum Bumi mendingin dan membentuk kerak padat.
Sementara itu, sebagian kecil emas yang masih bisa ditemukan di kerak bumi berasal dari periode "Late Heavy Bombardment", yakni saat Bumi dibombardir meteor antara 4,1 hingga 3,8 miliar tahun yang lalu. Meteorit yang menghantam permukaan bumi membawa unsur logam berat, termasuk emas, yang kemudian menjadi endapan bijih yang kini kita gali.
Voisey menambahkan bahwa logam mulia yang bisa ditambang saat ini—termasuk emas—sebagian besar adalah hasil dari tabrakan benda langit tersebut. Karena logam-logam ini tidak ikut tenggelam ke inti (kerak bumi sudah padat saat kedatangannya), maka ia bertahan di permukaan dan menjadi sumber daya mineral saat ini.
Emas di Bumi, Banyak Tapi Sulit Dijangkau
Secara keseluruhan, jumlah emas di Bumi sangat besar, tetapi sebagian besar tersembunyi di lokasi yang tidak terjangkau. Emas yang berhasil kita tambang dan gunakan selama ini hanyalah sebagian kecil dari total emas yang ada di planet ini.
Sementara sebagian kecil emas tersebar dalam kerak bumi, sebagian besar justru tersimpan dalam inti bumi dan mustahil untuk diekstraksi. Artinya, meskipun angka produksi emas terus bertambah, emas tetap akan menjadi sumber daya yang langka dan bernilai tinggi—baik sebagai aset investasi maupun sebagai penopang ekonomi dunia.