Wacana penerapan sistem empat hari kerja di Jakarta yang diusulkan oleh Nirwono Joga, anggota Tim Transisi Pramono Anung-Rano Karno, telah memicu beragam reaksi di kalangan pekerja ibu kota. Beberapa karyawan menyambut baik ide ini, namun tidak sedikit yang merasa khawatir terhadap dampak yang mungkin ditimbulkan.
Alea (25), seorang karyawati di perusahaan swasta, mengungkapkan kekhawatirannya terkait potensi peningkatan beban kerja. "Hari kerja mungkin dipangkas, tapi kan workload akan masih sama, deadline dari kantor juga pasti jadi semakin dipercepat. Malah bikin makin pusing sih," ujarnya, Kamis (23/1/2025). Alea khawatir bahwa dengan waktu kerja yang lebih singkat, tekanan untuk menyelesaikan tugas akan meningkat, yang pada akhirnya dapat memengaruhi kualitas pekerjaan dan kesejahteraan mental karyawan.
Senada dengan Alea, Dira (22), karyawan lainnya, juga menolak sistem empat hari kerja. Ia berpendapat bahwa waktu adalah uang, dan pengurangan hari kerja dapat berdampak pada penghasilan, terutama bagi mereka yang bekerja dengan sistem upah harian atau lembur. "Dengan pengurangan hari kerja, otomatis pendapatan kami juga berkurang. Padahal, biaya hidup di Jakarta tidak murah," keluhnya.